Monday, May 27, 2019

Kewajiban Bakti Pada Orang Tua



Sebagai anak, diwajibkan oleh agama untuk berbakti pada kedua orang tua. Anak dilarang berani melawan orang tua. Melawan orang tua termasuk dosa besar yang balasannya disegerakan baik di dunia maupun di akhirat.

Orang tua - menurut KH. Anwar Zahid adalah seperti al quran amoh (al quran yang sudah rudak). Apa maksudnya, se buruk apapun orang tuamu, semiskin apapun orang tua, se sakit apapun orang tua, harus diperlakukan dengan baik. Apabila membiarkan orang tua tanpa perlakuan baik dari kita maka akan berdosa. Begitu pula Al Quran, apabila ada al quran yang sudah tidak ter pakai karena kertasnya sudah terlalu kuno/rusak, maka harus dijaga dengan baik. Tidak boleh kertas itu dijadikan bungkus nasi kacang, dan lain lain. Karena bisa berbahaya (kualat).

Memperlakukan orang tua dengan perlakuan yang tidak layak, termasuk perbuatan dosa besar. Kenapa begitu? Sebab orang tua adalah yang mengandung, melahirkan kita, merawat kita, dan membesarkan kita. Semua itu butuh perjuangan harta dan tenaga. Dan bahkan kasih sayang kepada anak melebihi kasih sayang orang tua pada dirinya sendiri. Maka anak harus bakti pada orang tua baik sewaktu masih hidup maupun sesudah meninggal dunia.




قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ؟) ثَلاَثًا، قَالُوْا : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : ( الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ ) وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا ( أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرُ ) مَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتىَّ قُلْتُ لَيْتَهُ سَكَتَ




Terjemah : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan [pada tangannya]. (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), “Dan juga ucapan (sumpah) palsu.” Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya beliau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Durhaka pada orang tua (uququl walidain) termasuk dosa besar. Di masa sekarang ini anak berani melawan orang tua sudah jamak terjadi. Perlawanan itu ada kalanya ringan maupun berat. Walaupun begitu selagi Perlawanan itu membuat orang tua sakit dan tidak rido maka termasuk dosa besar. Misalnya : menentang orang tua, memaki, menghardik, membantah, membuat malu, dan sebagainya. Semua itu termasuk uququl walidain. Jadi orang tua harus memberikan pelajaran pada anak anak mereka betapa bahayanya bila berani melawan orang tua.


Dan bahkan bakti pada orang tua pun lebih wajib dari pada jihad melawan musuh.




اَقْبَلَ رَجُلٌ اِلَى نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: اُبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِوَالْجِهَادِاَبْتَغِى الْاَجْرَمِنَ اللهِ قَالَ: فَهَلْ مِنْ وَالِدَيْكَ اَحَدٌحَيٌّ؟ قَالَ: نَعَمْ بَلْ كِلَاهُمَا،قَالَ: فَتَبْتَغِى الْاَجْرَمِنَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَارْجِعْ اِلَى وَالِدَيْكَ فَاَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا. (رواه البخارى)




Artinya:”Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah SAW, lalu dia berkata: Aku bai’at (berjanji setia) dengan Anda akan ikut hijrah dan jihad, karena aku menginginkan pahala dari Allah. Tanya Nabi SAW, Apakah orang tuamu masih hidup? Jawab orang itu, Bahkan keduanya masih hidup. Yanya Nabi SAW, Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah? Jawabnya, Ya! Sabda Nabi SAW, Pulanglah kamu kepada kedua orang tuamu, lalu berbaktilah pada keduanya sebaik-baiknya!” (HR. Bukhari)


Oleh karena itu bakti kepada orang tua bukan hanya seruan saja namun sebuah kewajiban yang wajib dilakukan bagi anak. Karena nilai bakti pada orang tua termasuk melakukan jihad. Tentu saja tidak bisa dianggap remeh.

Makanya bagi anda yang sekarang sering melawan orang tua, membuat sakit hati orang tua, segera melakukan taubat. Bakti pada orang tua akan mengantarkan pada surga. Karena pintu surga berada di bawah telapak kaki ibu. Intinya kunci surga anak ada pada ibu. Dan kunci surga ibu ada pada ayah. Kunci surga ayah ada pada orang tua ayah.

More aboutKewajiban Bakti Pada Orang Tua

Sunday, May 26, 2019

Doa Setelah Baca Surat Al Waqiah


Surat Al Waqiah dikenal sebagai surat yang bisa membuka kunci rejeki. Surat ini termasuk surat Makiyyah dan terdiri dari 96 ayat. Bagi kalangan santri banyak yang suka mengamalkan surat ini setiap harinya.

Membaca surat al Waqiah termasuk suatu amalan bagus karena dipercaya surat ini bisa memberi rejeki banyak bagi pelakunya. Apabila bisa membuasakan baca surat ini tiap harinya insyaallah tidak akan diberi kelaparan.

Berikut Doa Setelah Baca Surat Al Waqiah


More aboutDoa Setelah Baca Surat Al Waqiah

Fadilah Atau Keutamaan Membaca Surat Al Mulk atau Tabarak



Surat di dalam Al Quran mempunyai keistimewaan yang berbeda beda. Salah satu surat dalam Al Quran yang punya keistimewaan luar biasa adalah surat Tabarak atau Al Mulk. Surat ini terdiri dari 30 ayat dan termasuk golongan surat Makiyyah.

Bagi Santri kadang diberi ijazah sama kiainya untuk membiasakan baca surat ini setiap hari. Salah satu keutamaan surat tabarak ini bisa menyelematkan diri dari siksa kubur. Untuk lebih jauh keutamaan surat Al Mulk / tabarak ini, mari simak bersama sama:

1. Orang yang membiasakan baca surat ini kelak akan mendapatkan syafaat dan diampuni dosa dosanya.

2. Jika dibaca tiap malam dapat menyelematkan dari siksa kubur.

3. Apabila surat tabarak dibaca tiap menjelang tidur, maka Allah Swt menetapkan 30 kebaikan, 30 kejelekannya diampuni, dan ditinggilak 30 derajat, mendapat naungan malaikat, dan menolak siksa kubur dan mahsyar.

4. Dapat memberi syafaat pada hari kiamat dan mengeluarkan orang yang suka baca dari neraka.

5. Nabi senang bila surat ini ada dalam hati tiap muslim.


Berikut Adalah Surat Al Mulk/Tabarak Arab fan Terjemah



تَبارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (1) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَياةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (2) الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَماواتٍ طِباقاً مَا تَرى فِي خَلْقِ الرَّحْمنِ مِنْ تَفاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرى مِنْ فُطُورٍ (3) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خاسِئاً وَهُوَ حَسِيرٌ (4) وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّماءَ الدُّنْيا بِمَصابِيحَ وَجَعَلْناها رُجُوماً لِلشَّياطِينِ وَأَعْتَدْنا لَهُمْ عَذابَ السَّعِيرِ (5)



Mahasuci Allah Yang menguasai segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.



وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (6) إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ (7) تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ (8) قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ (9) وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ (10) فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ (11)



Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedangkan neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” Mereka menjawab, "Benar ada, " sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar.” Dan mereka berkata, "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.


إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ (12) وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذاتِ الصُّدُورِ (13) أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14) هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فِي مَناكِبِها وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ (15)


Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui? Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.



أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّماءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذا هِيَ تَمُورُ (16) أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّماءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حاصِباً فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17) وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كانَ نَكِيرِ (18) أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلاَّ الرَّحْمنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ (19)



Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.



أَمَّنْ هَذَا الَّذِي هُوَ جُنْدٌ لَكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ إِنِ الْكَافِرُونَ إِلَّا فِي غُرُورٍ (20) أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ بَلْ لَجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ (21) أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (22) قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (23) قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (24) وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (25) قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ (26) فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَقِيلَ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تَدَّعُونَ (27)


Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain dari Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu iidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu. Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri? Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terpimpin (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? Katakanlah, "Dialah Yang menciptakan dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagi kamu." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. Katakanlah, "Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kamu kelak dikumpulkan.” Dan mereka berkata, "Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar?" Katakanlah, "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.” Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka) inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya.



قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَهْلَكَنِيَ اللَّهُ وَمَنْ مَعِيَ أَوْ رَحِمَنَا فَمَنْ يُجِيرُ الْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (28) قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (29) قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَأْتِيكُمْ بِمَاءٍ مَعِينٍ (30)



Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?” Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal. Kelak kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata." Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?"
More aboutFadilah Atau Keutamaan Membaca Surat Al Mulk atau Tabarak

Saturday, May 25, 2019

Hukum Membatalkan Puasa Sunnah



Puasa sunnah adalah puasa yang dilakukan pada hari hari tertentu seperti hari senin kamis, hari Asyura, enam hari Syawwal, dan lain lain. Semua itu apabila dilakukan akan mendapatkan balasan pahala atas puasa yang sudah dilakukan. Apabila tidak dilakukan maka tidak berdosa. Untuk itu melakukan puasa sunnah sama saja menambah pahala selain dari amalan yang wajib.

Dalam konteks ini, apabila kita melakukan puasa sunnah, misal pusa senin kamis, kemudian kita membatalkan puasa tersebut, apakah berdosa?

Bagi yang membatalkan puasa sunnah - apabila pembatalan itu bukan karena adanya udzur maka pembatalan itu hukumnya makruh.

Apabila pembatalan itu karena adanya udzur - maka sunnah membatalkannya. Contoh saat bertamu disuguhi berbagai macam jenis makanan. Kemudian pada saat itu sedang puasa. Seandainya tidak memakan suguhan makanan itu, agaknya kurang enak dan bisa menyinggung perasaan pemilik rumah. Maka dalam posisi ini disunnahkan membatalkan puasa. Apabipa tidak menyinggung maka lebih baik tetap melanjutkan puasa.

Perlu diketahui namanya ibadah sunnah tidak bisa jadi wajib. Selamanya yang sunnah tetapo akan sunnah, dan tidak akan bisa menjadi wajib. Maka apabila menanggapi amal ibadah sunnah sewajarnya saja jangan sampai kesunnahan itu kita tanggapi seperti menanggapi hal yang wajib.

Wallahu a'lam.
More aboutHukum Membatalkan Puasa Sunnah

Friday, May 24, 2019

Durhaka Kepada Orang Tua Termasuk Dosa Besar


Durhaka kepada orang tua termasuk dalam kategori dosa besar. Orang tua adalah yang melahirkan kita, merawat kita, membesarkan kita, mendidik kita, dan membantu kita dalam suka maupun duka. Tidak ada jasa yang lebih besar melebihi jasa orang tua. Tapi mereka tidak pernah mengeluh membesarkan anak dan tidak pernah minta imbalan. Semua dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih apapun.
Dalam sebuh hadis nabi pernah berkata jangan sampai kita melakukan dosa besar kepada orang tua. Apa itu? Yaitu durhaka kepada mereka.
Rasulullah bersabda :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ؟) ثَلاَثًا، قَالُوْا : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : ( الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ ) وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا ( أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرُ ) مَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتىَّ قُلْتُ لَيْتَهُ سَكَتَ
Terjemah : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan [pada tangannya]. (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), “Dan juga ucapan (sumpah) palsu.” Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya beliau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Durhaka kepada orang tua jenisnya sangat banyak. Contohnya melawan orang tua, menyakiti orang tua, membentak orang tua, tidak taat perintah orang tua, tidak mau melaksanakan perintah orang tua, berkata kasar, berbuat hal yang membuat malu orang tua, membuat sedih orang tua, dan lain lain. Intinya apabila ingin terhindar dari durhaka kepada orang tua maka buatlah mereka bahagia, secara lahir maupun batin.
Kebahagiaan orang tua dapat diketahui melalui cara kerelaan mereka terhadap apa yang kita lakukan. Apabila orang tua ridlo/rela, maka mereka akan senang. Sebaliknya apabila mereka tidak rela atas apa yang kita lakukan maka artinya tidak rela.
Rasulullah bersabda :
عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)
Terjemah : "Dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. (HR. Tirmidzi)
Rido Allah digantungkan dengan ridlo orang tua. Hal ini menujukkan bahwa - semua orang tua baik mereka yang non muslim maupun muslim, baik yang suka maksiat maupun suka ibadah, tetap mendapat dukungan dari Allah Swt atas mereka. Sebab mereka statusnya adalah orang tua yang melahirkan anak, merawat anak, dan membesarkan anak. Harus kita baiki semampunya jangan sampai durhaka kepada mereka.
Dan bahkan ketika berhadapan pada orang tua yang suka maksiat pun harus berkata baik. Tidak boleh kita lantas melihat kelakuan buruk orang tua lantas membuat kita memaki, menghina, dan bahkan sampai menyakiti. Kalau pun ada orang tua yang perilakunya menyimpang dari syariat kita harus sabar, mendoakan mereka, mengingatkan dengan bahasa yang baik dan sopan, dan jangan sampai membuat mereka sakit hati. Intinya kewajiban bakti anak kepada orang tua harus dilakukan sekalipun orang tua itu adalah kafir.
BAKTI ORANG TUA MELEBIHI JIHAD
Di dalam Islam ada sebuah amal yang disebut dengan jihad. Jihad pada masa nabi seringkali adalah perang melawan orang kafir yang mengajak perang (menyakiti orang Islam). Pahala berjihad fisabilillah adalah surga tanpa hisab. Makanya sahabat yang meninggal dalam perang seperi Sayyidina Hamzah, tidak dimandikan dan dikafani tapi langsung dikubur dengan baju yang sudah digunakan untuk perang jihad. Tujuannya untuk sebagai bukti bahwa sudah melakukan jihad, membela agama Islam. Mereka yang meninggal dunia saat jihad termasuk mati syahid yang pahalanya luar biasa.
Akan tetapi, lagi lagi Allah Swt sangat sayang kepada umat nabi Muhammad SAW. mengapa? Bahwa kita pada masa sekarang ini jarang melihat peperangan jihad sesungguhnya membelas Islam. Otomatis sangat langka yang melakukan jihad. Namun, bakti orang tua, dikatakan oleh nabi sebagai termasuk Jihad. Artinya bakti pada orang tua punya posisi tinggi di hadapan Allah Swt sehingga pahalanya disamakan dengan jihad peperangan.
Rasulullah SAW Bersabda :
جَاءَرَجُلٌ الِرَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ.فَقَالَ:اَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قَالَ:نَعَمْ،قَالَ فَفِيْهِمَافَجَاهِدْ (رواه مسلم)
Artinya: “Seseorang laki-laki datang kepada Nabi SAW minta izin hendak ikut jihad (berperang). Tanya Nabi SAW kepadanya, Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Jawab orang itu, Masih! Sabda beliau, Berbakti kepada keduanya adalah jihad.” (HR. Muslim)
اَقْبَلَ رَجُلٌ اِلَى نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: اُبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِوَالْجِهَادِاَبْتَغِى الْاَجْرَمِنَ اللهِ قَالَ: فَهَلْ مِنْ وَالِدَيْكَ اَحَدٌحَيٌّ؟ قَالَ: نَعَمْ بَلْ كِلَاهُمَا،قَالَ: فَتَبْتَغِى الْاَجْرَمِنَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَارْجِعْ اِلَى وَالِدَيْكَ فَاَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا. (رواه البخارى)
Artinya:”Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah SAW, lalu dia berkata: Aku bai’at (berjanji setia) dengan Anda akan ikut hijrah dan jihad, karena aku menginginkan pahala dari Allah. Tanya Nabi SAW, Apakah orang tuamu masih hidup? Jawab orang itu, Bahkan keduanya masih hidup. Yanya Nabi SAW, Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah? Jawabnya, Ya! Sabda Nabi SAW, Pulanglah kamu kepada kedua orang tuamu, lalu berbaktilah pada keduanya sebaik-baiknya!” (HR. Bukhari)
Oleh sebab itu selagi orang tua kita masih hidup maka jangan sia siakan mereka. Bakti kepada mereka termasuk melakukan jihad. Orang tua yang masih hidup bisa kita jadikan ladang melakukan jihad. Usahakan jangan pernah menyakiti hati mereka. Muliakanlah mereka karena mereka adalah yang merawat kita. Tentu saja apabila orang tua ridlo terhadap kita maka Allah Swt pun rido.
Dan bahkan bakti kita kepada orang tua bukan hanya sewaktu mereka masih hidup saja, namun sampai meninggal pun, kita wajib melakukan bakti kepada mereka.
Rasulullah bersabda :
يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا
Terjemah : “Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal?” Beliau menjawab,”Ya, dengan mendoakannya, memintakan ampun untuknya, melaksanakan janjinya (wasiat), menyambung silaturahmi yang tidak bisa disambung kecuali melalui jalan mereka berdua, dan memuliakan teman-temannya”. [HR Abu Dawud].
Begitulah pentingnya dalam melakukan bakti kepada orang tua. Tidak ada hentinya kewajiban anak melakukan bakti kepada mereka. Bahkan sampai meninggal pun tetap harus melakukan bakti. Diantaranya bakti pada orang tua sewaktu sudah meninggal dunia adalah mendoakan mereka. Dalam sebuah hadis lain, anak yang mendoakan kedua orang tuanya yang sudah meninggal termasuk amal sholeh.
MANFAAT BAKTI PADA ORANG TUA
Perku diketahui bahwa bakti pada orang tua manfaatnya sangat banyak sekali. Diantaranya adalah :
1. Dipanjangkan umurnya dan diluaskan rejekinya
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Terjemah : “Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizki, maka berbaktilah pada orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat).” (HR. Ahmad)
2. Mendapat Pahala dari Allah Swt
3. Mendapat ridlo dari Allah Swt
4. Mendapat balasan surga
5. Pahalanya seperti melakukan jihad

DAMPAK DAN ANACAMAN DURHAKA PADA ORANG TUA

1. Tidak masuk surga

Salah satu contoh anak yang durhaka pada orang tua adalah apabila orang tua sudah tua dan sakit sakitan, tapi justru malah tidak dirawat anak, maka kelak akan diancam tidak akan masuk surga.

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ قِيْلَ: مَنْ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ اَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِاَحَدُهُمَااَوْكِلَيْهِمَافَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ (رواه مسلم)

Artinya: “Dari Nabi SAW sabdanya: Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka! Lalu beliau ditanya orang, Siapakah yang celaka, ya Rasulullah? Jawab Nabi SAW, Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan merawat orang tuanya sebaik-baiknya).” (HR. Muslim)

2. Pembalasan Lebih Cepat

Maksud pembalasan cepat yaitu apabila ada anak durhaka pada orang tua, pembalasan tidak perlu nunggu lama - yakni balasan di dunia.

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ مِنَ الْبَغِى وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ

Terjemah : ”Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya (di dunia ini) - berikut dosa yang disimpan untuknya (di akhirat) - daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Apalagi apabila orang tua yang berdoa, doanya langsung terkabulkan. Sebagaimana dongeng malin kundang yang durhaka kepada ibunya. Tanpa perlu waktu lama langsung menjadi batu. Maka hati hatilah terhadap orang tua khususnya ibu.

Rasulullah bersabda :

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا

Terjemah : “Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
3. Hidupnya Sengsara
Tidak ada kisah sukses seorang anak yang durhaka kepada orang tua. Rata rata anak yang sukses adalah yang bakti dan perhatian pada orang tua. Maka anak yang berani durhaka kepada orang tua, hidupnya akan sengsara dunia dan akhirat.

Mengapa ini terjadi? Sebab Allah Swt tidak ridlo terhadap mereka, baik sewaktu hidup di dunia maupun di akhirat.


More aboutDurhaka Kepada Orang Tua Termasuk Dosa Besar

Thursday, May 23, 2019

Apa itu manaqib?



Pernahkah anda mendengar kata manaqib? Kata manaqib sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat kita. Masyarakat awam sudah sering melakukan dan menggelar acara manaqib sejak dulu kala. Mereka membuat sebuah kumpulan manaqib di setiap rt atau desa. Pelaksanaan manaqib kadang sebulan sekali dan kadang seminggu sekali. Tergantung kebiasaan lalu yang pernah dilakukan para pendahulu.

Manaqib yang terkenal di masyarakat adalah manaqib Syeh Abdul Qodir Jaelani. Hampir tiap daerah punya perkumpulan manaqib ini. Sebab jenis manaqib Syeh Abdul Qodir Jaelani judulnya bermacam macam sehingga sering dijadikan sebagai bahan bacaan manaqiban.

Membaca manaqib bukanlah perkara munkar. Membaca manaqib merupakan salah satu perkara baik karena isi dalam manaqib adalah sejarah hidup perjalanan tokoh wali, karomah wali, sehingga tidak perlu dipermasalahkan hukumnya. Kita membaca manaqib sama halnya membaca sejarah orang sholeh. Akan tetapi sejarah orang sholeh jelas lebih istimewa dari pada sejarah biasanya karena mengandung banyak keberkahan.

Oleh sebab itu manaqiban sama halnya meneliti perilaku orang sholeh selama hidupnya. Banyak sekali pelajaran yang diperoleh apabila mau meneliti perjalanan orang sholeh terutama seorang Waliyullah.

Dalam kitab Bughyat al_Mustarsyidin, hlm. 97, dijelaskan :


وَقَدْ وَرَدَ فِي اْلَاثَرِ عَنْ سَيِِّدِ الْبَشَرِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنَّهُ قاَلَ :مَنْ وَرَّخَ مُؤْمِناَ فَكَأَنمَّاَ اَحْياَهُ وَمَنْ قَرَأَ تاَرِيْخَهُ فَكَأَنمَّاَ زَارَهُ فَقَدْ اسْتًوْجَبَ رِضْوَانَ اللهِ فيِ حُزُوْرِ الْجَنَّةِ.


Terjemah : "Tersebut dalam surat atsar: Rosululloh pernah bersabda: Siapa membuat sejarah orang mukmin( yang sudah meninggal ) sama saja menghidupkan kembali; siapa memmbacakan sejarahnya seolah-olah ia sedang mengunjunginya, siapa yang mengunjunginya, Alloh akan memberikan surga.

Membaca manaqib sebagaimana dijelaskan di atas sama halnya kita menghidupkan kembali orang sholeh yang sudah mendahului kita. Sejatinya orang sholeh di alam kuburnya masih hidup. Mereka hanya berpindah tempat saja karena jasad sudah tidak mampu di dunia. Makanya mengingat orang sholeh khususnya wali dapat menghidupkan hati yang mati. Karena berkah mengingat sejarah kehidupan orang sholeh tersebut menjadikan kematian hati orang yang hidup menjadi lebih hidup.

Di sisi ini keberkahan dari para sholihin yang sudah mendahului kita - menjadi poin utama. Sehingga warga sangat cinta kepada para wali dengan melakukan kegiatan manaqiban. Sebab wali merupakan kekasih Allah Swt. Mereka diberi derajat kekasih Allah baik di dunia maupun di akhirat. Mereka punya derajat itu karena mereka sudah mampu melalui ujian bertahap tahap. Maka Allah berkata dalam hadis qudsi : barang siapa yang menyakiti wali (kekasihku) maka aku umumkan berperang dengannya. Itulah mengapa, siapa saja yang mencintai kekasih Allah Swt, maka dia akan mendapatkan cinta dari Allah Swt.

Nabi pernah bersabda : Apabila engkau ingin dicintai oleh Allah maka ikutilah aku. Nabi merupakan orang terkasih dari kekasih Allah Swt sehingga apabila kita mencintai nabi maka Allah Swt akan mencintai kita. Karena wali adalah kekasih nabi dan kekasih Allah, maka apabila kita mencintai kekasih Allah dan Kekasih Rasul kita akan mendapatkan cinta dari Allah dan rasulullah. Hanya orang bodoh sajalah yang tidak mau mendapatkan cinta dari Allah dan rasulullah.

Habib Umar Al Hafidz pernah ditanya sama orang wahabi, apa manfaat berkunjung ke kuburan dimana orang orang itu sudah mati (tidak kuasa) lagi. Habib Umar menjawab, ziarah atau mengunjungi kuburan orang sholeh tidak jauh beda dengan kita mengunjungi ketika masih hidup. Justru berkunjung ke rumah orang hidup tidak mampu membuat hati hidup. Akan tetapi walaupun orang sholeh sudah meninggal dunia, berkah kunjungan itu membuat hati menjadi hidup.

Makanya sebagaimana dalil di atas, apabila kita membaca manaqib/sejarah orang sholeh, kita sama saja berkunjung ke mereka. Itulah mengapa amalan manaqib sangat digemari masyarakat karena dianggap mampu menghidupkan hati yang telah mati.
More aboutApa itu manaqib?

Hukum Meminum Kopi Luwak



Kita tahu bahwa kopi luwak yang asli harganya mahal karena prosesnya sangat ribet. Namun banyak di antara kita yang suka dengan minuman kopi luwak. Aroma segar dan kopinya sangat nikmat.

Proses pembuatan kopi luwak berasal dari kopi yang kemudian ditelan / dimakan luwak. Ketika masuk dalam perut luwak, maka ketika akan keluar, kopi tersebut akan bersamaan dengan kotoran luwak. Tentu saja kopi luwak akan bercampur dengan benda najis. Sehingga menimbulkan sejumlah pertanyaan, bolehkah kita minum kopi luwak?

Perlu diketahui bahwa kopi luwak saat keluar dari perut luwak hanya mengalami percampuran saja. Artinya benda kopi masih utuh, hanya saja terkena najis kotoran saja, sehingga dalam istilah fiqih disebut dengan mutanajjis.

Mutanajjis adalah benda yang tertempel najis. Dan benda itu bisa suci kembali apabila dibersihkan dengan air. Sehingga benda kopi mutanajjis tersebut kembali suci.


Fatwa MUI tentang kopi luwak adalah :


MUI Nyatakan Kopi Luwak Halal. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengumumkan fatwa yang menyatakan, kopi luwak halal setelah melalui proses pencucian. Diperbolehkan meminum, memproduksi, dan memperdagangkannya. “Soal kopi luwak ini sudah kami bahas dan intinya halal,” ujar Ketua MUI KH Ma’ruf Amin saat konferensi pers di Gedung MUI, Jl. Proklamasi No. 51 Jakarta, Selasa (20/7).

Jadi kopi luwak yang kita konsumsi ternyata sudah mengalami proses pensucian terlebih dahulu. Kotoran luwak dihilangkan dari wujud kopi asli. Kemudian setelah kopi menjadi suci baru dilakukan sangrai dan digiling menjadi bubuk kopi yang siap dijual dan di konsumsi. Intinya tidak perlu ragu karena MUI sudah melakukan pengujian terhadap proses Pembuatan kopi luwak. Boleh di konsumsi dan boleh dijual karena sudah menjadi suci, bukan najis.
More aboutHukum Meminum Kopi Luwak