Ajaran Sufi Tasawuf Tidak Boleh Menggantungkan Pada Amal Ibadah
Menggantungkan amal ibadah kita tidaklah patut dilakukan oleh seorang mukmin yang iman kepada Allah Swt. Sejatinya apa yang ada di dunia bukan milik kita namun milik Allah Swt. Itulah Mengapa tidak layak bagi kita menggantungkan amal kita.
Maksud menggantungkan amal kita adalah seolah dengan banyaknya ibadah yang kita lakukan sudah layak jadi penghuni surga. Sudah berani mengklaim diri dapat kaplingan surga. Sehingga merasa diri lebik dari orang lain.
Ibnu Atoillah dalam maqolah kitab Hikam Mengatakan :
مِنْ عَلاَ مَةِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَلَى الْعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُـودِ الزَّ لــَـلِ
"Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya, adalah kurangnya ar-raja’ (rasa harap kepada rahmat Allah) di sisi alam yang fana."
Salah satu penyakit ahli ibadah adalah merasa diri dengan ibadah yang kita lakukan kemudahan pantas jadi penghuni surga. Sehingga hilang lah raja' (pengharapan rahmat) kepada Allah Swt.
Orang yang merasa diri paling ibadah termasuk lalai dari ar raja'. Kelalaian dari raja' tersebut pada akhirnya mengandalkan amalnya saja. Padahal sejatinya yang menyebabkan kita beramal bukan diri kita, namun karena rahmat Allah Swt. Rahmat Allah Swt / kasih sayang Allah Swt membuat kita bisa melakukan ibadah tiap hari. Apakah diri kita ini apabila tidak mendapatkan rahmat Allah Swt bisa menjalankan ibadah?
Tentu saja tidak. Andai kita sakit kecelakaan, apakah kita bisa serutin melakukan kebiasaan ibadah yang kita lakukan? Tentu saja berkurang dari amal biasanya. Lantas dari mana kuasa kita bisa melakukan ibadah? Dari diri sendiri? Tentu tidak.
Karena Rahmat Allah Swt adalah hidayah, maka sang pemilik hidayah bukanlah kita, namun Allah Swt.
Penentuan surga dan neraka adalah Rahmat Allah Swt. Bukan karena Amal kita. Kita beramal hanya sebatas menjalankan perintah. Dan kita bisa menjalankan perintah bukan atas kuasa kita. Tapi kuasa Allah Swt. Andaikan tidak dikuasakan kuat beribadah, mau cari kuasa dari mana?
Itulah mengapa Ibnu Atoillah memperingatkan kita agar jangan terjebak pada amal kita yang kita jadikan sandaran. Sandaran sejati hanya kepada Allah Swt. Karena amal tidak bisa apa apa.
Menyandarkan amal sama saja menuhankan amal. Sebab kita percaya kepada Amal, bukan kepada Allah Swt. Kalau orang yang akidah sudah kuat, dalam melakukan ibadah bukan karena surga dan neraka, namun karena Allah Saja. Apabila ibadah hanya mencari ridlo dan rahmat Allah semata. Bukan lainnya.
Pertanyaannya, apakah dengan banyaknya amal kita lantas kita pasti masuk surga?
0 comments:
Post a Comment